Karya: Budi Darma
Setiap kali akan sembahyang, sebelum sempat menggelar sajadah untuk sembahyang, Karmain selalu ditarik oleh kekuatan luar biasa besar untuk mendekati jendela, membuka sedikit kordennya, dan mengintip ke bawah, ke jalan besar, dari apartemennya di lantai sembilan, untuk menyaksikan laki-laki pemanggul goni menembakkan matanya ke arah matanya.
Tidak tergantung apakah fajar, tengah hari, sore, senja, malam, ataupun selepas tengah malam, mata laki-laki pemanggul goni selalu menyala-nyala bagaiman mata kucing di malam hari, dan selalu memancarkan hasrat besar untuk menghancurkan.
Tubuh laki-laki pemanggul goni tidak besar, tidak juga keci, dan tidak tinggi juga tidak pendek, sementara goni yang dipanggulnya, selamanya tampak berat, entah apa isinya. Pada waktu sepi, laki-laki pemanggul goni pasti berdiri tengah jalan, dan pada waktu jalan ramai, pasti laki-laki pemanggul goni berdiri di trotoir, tidak jauh dari semak-semak, yang kalau sepi dan angin sedang kencang selalu mengeluarkan bunyi-bunyian yang sangat menyayat hati.
Beberapa kali terjadi, ketika jalan sedang ramai, dan laki-laki pemanggul goni menembakkan mata kepadanya, Karmain dengan tergesa-gesa turun, lalu mendekati semak-semak dekat trotoar , tetapi laki-laki pemanggul goni pasti sudah tidak ada lagi, dan ketika Karmain bertanya kepada beberapa orang apakah mereka tadi melihat ada seorang laki-laki pemanggul goni, mereka menggeleng.
Apabila hari masis terang, bebrapa kali laki-laki pemanggul goni membaur dengan orang-orang yang sedang menunggu bus sambil menembakkan matanya ke arah Karman. Tapi ketika Karmain tiba di tempat orang-orang yang menunggu bus, laki-laki pemanggul goni sudah tidak ada , dan orangp0ikrang pasti mengelengkajh kepada apabula mnereka dtanya aopakah tadi amereka menyaksukan ada lau-lau pemanggul goni.
Pada suatu hari, ketika hari sudah melewati tengah malam, dan Karjain sudah bangun lalu membersihkan tubuh untuk sembahyang , korden jendeka seolah terkena angin menyingkap dengan sendirinya. Maka Karmain pun bergegas mendekati jendela, dan menyaksiikan di bawah sana, di tengah-tengah jalan besar, laki-laki pemanggul goni membungkuk, mungkin karena goninya terlalu berat, sambil menembakkan matanya ke arah dirinya.
No comments:
Post a Comment