Kehilangan seorang tokoh perdamaian itu bagaimana rasanya. Saya sendiri merasakan, jika di kampus ada seorang yang begitu damai, selalu baik kepada orang lain, dan tidak pernah memperlihatkan kemarahan, kehilangan yang saya rasakan sepeninggalnya luar biasa. Hati rasanya sangat tak rela.
Bagaimana kisah meninggalnya Nelson Mandela, tidak akan saya bahas di sini, saya hanya ingin mengenang masa-masa Indah hidupnya. Ternyata, cara berpakaian beliau terinspirasi oleh salah seorang presiden kita, presiden Indonesia beberapa belas tahun lewat, Presiden Soeharto. Dia senang sekali mengenakan batik, yang dengan begitu memperlihatkan kesederhanaannya.
Kesederhanaannya itu menjadi sihir tersendiri bagi rakyatnya, karena kesederhanaan itu, bukan sekedar kesederhanaan, namun berpadu dengan kepandaiannya menari, cinta kedamaian, dan kemampuannya bergaul dan menjalin kedekatan dengan orang-orang miskin.
Sihir pengaruhnya sangat besar bagi rakyat Aprika Selatan, sampai-sampai orang suka menirukan gayanya, aksen unik suaranya yang menggeram pelan, memparodikannya, dan dalam setiap kesempatan Mandela tampil di publik, orang selalu berebut minta berpoto bersamanya, meski badannya semakin renta.
Sederhana
Kulit hitam
Tua
Renta
Namun tetap berpengaruh, karena dia punya cita-cita baik dan perbuatan baik.
Pelajaran apa yang bisa diambil oleh seorang penulis?
Cita-cita baik dan keinginan baik.
Visi, Misi, itulah singkatnya
No comments:
Post a Comment